Menggunakan Bahasa Indonesia Yang Baik
dan Benar
Berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar menurut Anton M. Moeliono (dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia,
1980), berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian
ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang disamping itu mengikuti
kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan
kebaikan dan kebenaran.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai
dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal
penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan
bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari
dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa
seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang
tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan
bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang
sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik
kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan.
Ciri – cirri ragam bahasa baku adalah
sebagai berikut :
1.Penggunaan kaidah tata bahasa
normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan
bukan acara itu kami sedang ikuti.
2. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya
cantik sekali dan bukan cantik banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah
dan bukan nggak gampang.
3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam
tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang
disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
4. Penggunaan lafal baku dalam ragam
lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan,
secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang bebas dari
ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan
/atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di
luar pendapat umum yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele,
bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau
penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud
aslinya.
Berikut contoh penggunaan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar :
Pertama kita contohkan dalam penggunaan
kata baku dan tidak baku seperti :
Kata
Baku
|
Kata
Tidak baku
|
Cabai
|
Cabe
|
Aktivitas
|
Aktifitas
|
Aktif
|
Aktiv
|
Di sini
|
Disini
|
Kepada
|
Ke Pada
|
Analisis
|
Analisa
|
Kedua kita contohkan dalam penggunaan
kalimat seperti :
"Ia berjalan bergandengan
tangan." Mengapa tidak ditulis: "Mereka berjalan bergandengan
tangan?" Benar, jika ditulis, "Ia bergandengan tangan dengan
pacarnya."
"Akibat kebakaran itu mengakibatkan
pedagang kehilangan tempat usaha." Sebaiknya kalimat itu berbunyi:
"Akibat kebakaran itu para pedagang kehilangan tempat usaha," atau,
"Kebakaran itu menyebabkan pedagang kehilangan tempat usaha."
Fungsi Bahasa Sebagai Contoh Alat Komunikasi
Bahasa yang baik dan benar itu memiliki
empat fungi :
(1) fungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun
dalam bahasa dengan mengatasi batas-batas kedaerahan;
(2) fungsi penanda kepribadian yang
menyatakan identitas bangsa dalam pergaulan dengan bangsa lain;
(3) fungsi pembawa kewibawaan karena
berpendidikan dan yang terpelajar; dan
(4) fungsi sebagai kerangka acuan
tentang tepat tidaknya dan betul tidaknya pemakaian bahasa.
Keempat fungsi bahasa yang baik dan
benar itu bertalian erat dengan tiga macam batin penutur bahasa sebagai berikut
:
(1) fungsinya sebagai pemersatu dan
sebagai penanda kepribadian bangsa membangkitkan kesetiaan orang terhadap
bahasa itu;
(2) fungsinya pembawa kewibawaan
berkaitan dengan sikap kebangsaan orang karena mampu beragam bahasa itu; dan
(3) fungsi sebagai kerangka acuan
berhubungan dengan kesadaran orang akan adanya aturan yang baku layak diatuhi
agar ia jangan terkena sanksi sosial.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat
disimpulkan, berbahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah menggunakan
bahasa Indonesia yang memenuhi norma baik dan benar bahasa Indonesia. Norma
yang dimaksud adalah “ketentuan” bahasa Indonesia, misalnya tata bahasa, ejaan,
kalimat, dsb.
Contoh fungsi Bahasa Indonesia
Sekarang ini fungsi bahasa Indonesia
telah pula bertambah besar. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa media
massa . media massa cetak dan elektronik, baik visual, audio, maupun audio
visual harus memakai bahasa Indonesia. Media massa menjadi tumpuan kita dalam
menyebarluaskan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Di dalam kedudukannya sebagai sumber
pemerkaya bahasa daerah , bahasa Indonesia berperan sangat penting. Beberapa
kosakata bahasa Indonesia ternyata dapat memperkaya khasanah bahasa daerah,
dalam hal bahasa daerah tidak memiliki kata untuk sebuah konsep.
Bahasa Indonesia sebagai alat
menyebarluaskan sastra Indonesia dapat dipakai. Sastra Indonesia merupakan
wahana pemakaian bahasa Indonesia dari segi estetis bahasa sehingga bahasa
Indonesia menjadi bahasa yang penting dalam dunia internasional.
Contohnya :
Misalnya berupa :
- Alat-alat itu digunakan untuk
berkomunikasi misalnya gerak badaniah, alat bunyi-bunyian, kentongan, lukisan,
gambar, dsb).
Contohnya :
- bunyi tong-tong memberi tanda bahaya
- adanya asap menunjukkan bahaya
kebakaran
- alarm untuk tanda segera berkumpul
- bedug untuk tanda segera melakukan
sholat
- telepon genggam untuk memanggil orang
pada jarak jauh
- simbol – tanda stop untuk pengguna jalan,
simbol laki-laki dan perempuan bagi pengguna toilet.
- gambar peta yang menunjukkan jalan
- suasana gemuruh kentongan dipukul
tanda ketika ada bahaya
- adanya asap tampak dari kejauhan
pertanda kebakaran
- bunyi alarm (suasana tanda bahaya
gempa bumi/bencana alam) dsb.
• contoh dalam kehidupan sehari hari
misalkan seorang satpam perumahan
berjaga-jaga/ronda pada malam hari, pada saat sudah mendekati jam 12.00 malam
satpam tersebut membunyikan kentongan yang bertanda bahwa waktu sudah tepat
pukul 12.00 malam. Dan timbul timbal balik antara satpam sama orang-orang
disekitar perumahan.setiap orang jadi lebih mengerti tanda waktu pergantian
tersebut
Jadi, bahasa yang dipakai satpam
tersebut berupa kentongan yang memberikan pertanda sesuatu akan terjadi/ sesuatu
yang sudah mestinya dilakukan.
kesimpulan : Bahasa sebagai alat
ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk
menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut
pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita,
pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik
sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.